Sabtu, 04 Februari 2012

BERMUSIK DENGAN HATI

                  Periodisasi perkembangan musik modern di Papua, tidak bisa lepas dari cerita kejayaan Black Brothers di tahun 1970-an. Tembang- tembang seperti layu diujung senja, derita tiada akhir, hari kiamat, dan tembang- tembang lain milik kelompok ini, harus diakui selalu menginspirasi generasi papua dari masa ke masa. Komposisi musik yang ciamik, lirik lagu yang puitis, dan kelihatan berasal dari manusia- manusia yang memiliki cita rasa yang tinggi terhadap seni, seringkali membuat saya secara pribadi, sulit untuk percaya, bahwa ditahun- tahun itu, ketika teknologi dan informasi belum secanggih sekarang, ada orang di papua yang komposisi musiknya berkiblat ke barat (western), lantas bagaimana mereka bisa seakan- akan menyatu dengan semuanya? Menurut saya, mereka bukan saja meniru, tetapi juga menjiwai musik yang mungkin menginspirasi mereka saat itu. Menjiwai dan memainkan musik dari hati, merupakan bagian tersulit dari proses bermusik. Bermusik dari hati, akan membedakan kita dari plagiat- plagiat seni lain yang saat ini banyak  kita kenal. Lagu apapun yang kita kenal, bahkan lagu orang sekalipun, kalau kita mampu menjiwai, dan memainkan itu dari hati, pasti akan ketemu dengan karakter kita, karena of course, kita tidak bisa menyanyikan lagu orang persis seperti apa yang dinyanyikan oleh sang pemilik lagu. Sabrina yang ngetop dengan aransemen ulang lagu- lagu top 40 kiranya memberikan gambaran tentang apa yang dimaksudkan saya dalam tulisan ini, walaupun merecycle lagu- lagu orang, tapi harus diakui, Sabrina sukses memberikan nuansa yang beda, dengan karakter bermusik dan vokalnya dalam setiap lagu. Kembali ke pembicaraan awal, yaitu tentang Black Brothers yang menurut saya, setidaknya ada dua hal penting yang bisa dilihat, selain bermain dengan hati sehingga menemukan karakter dalam bermusik, BB juga saya kagumi, karena bisa eksis memainkan berbagai jenis musik, mulai Rock' N' Roll, Ballad, Latin, Reggae, Easy Listening, hingga menurut saya yang brilian adalah mereka mampu mengadaptasi musik keroncong dalam musik modern, menurut saya untuk tahun- tahun itu, hal ini merupakan sesuatu yang unik dan fenomenal.
               Kilas balik sejarah kejayaan Black brothers dan membandingkan dengan fenomena yang sedang terjadi saat ini dalam perkembangan seni musik modern di Papua, yang mana saat ini hampir di seluruh wilayah di Papua, semua orang menganggap bahwa musik reggae adalah musik yang hanya dimainkan oleh orang kulit hitam. Sehingga pesan sebenarnya dari musik reggae yang seharusnya bisa sampai ke publik secara luas tentang pentingnya kedamaian, dan keharmonisan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain, justru malah terdistorsi, dan bahkan tidak terangkat ke permukaan. Tadi telah disinggung soal bermusik dengan hati dan menurut hemat saya, sebelum menjiwai musik itu, sudah seharusnya kita bisa mengartikan lirik- lirik lagu dari musik tersebut, ketika kita bisa mengerti / paham, atau bisa menerima pesan dari lagu tersebut dengan baik, otomatis kita bisa menjiwai dan selanjutnya bisa melanjutkan pesan tersebut kepada audience, tetapi sudah bisa dibayangkan ketika kita tidak mampu mengartikan maksud dan pesan dari lagu tersebut, atau misalnya kita justru salah mengartikan pesan- pesan dari lagu tersebut, sudah dibayangkan kekacauan apa yang terjadi pada generasi muda di Papua. Ironis skali, karena musik reggae sangat menentang rasdiskriminasi, herannya ada salah satu band reggae di Papua justru malah bangga menyanyikan lagu dengan lirik- lirik yang menyinggung ras, bicara soal kulit yang hitam, atau rambut yang keriting, saya jadi sangsi, sang superstar reggae papua ini sebenarnya berkiblat kemana? Mungkin beliau sudah lupa atau kurang paham kata- kata dari  Lucky Dube (God made man with HIS image, but they didn't  say black or white) atau lirik lagu dari Bob Marley sendiri (Until the colour of a man's skin Is of no more significance than the colour of his eyes Me say war). Hampir semua musisi dan band reggae dibawah kolong langit ini, mengutuk rasdiskriminasi, istilah seperti blackrastaman jarang, bahkan tidak dikenal. Intinya, filosofi musik reggae itu adalah musik yang menentang perbedaan warna kulit, cinta alam, dan perdamaian, sekali lagi, tanpa mengerti filosofi musik, dan pesan- pesan yang terangkum dalam lagu, atau musik yang kita bawakan, kita pasti hilang arah, dan selalu jadi plagiat, dan susah untuk menemukan karakter kita sendiri. Memang benar kata quino from big mountain (i see jah music being used), musik reggae memang sedang dimanfaatkan/dieksploitasi habis- habisan untuk berbagai macam kepentingan. Kebangkitan musik reggae saat ini di Papua harus bisa diterjemahkan sebagai sarana untuk menjembatani segala perbedaan yang kita kenal di Papua seperti, dikotomi gunung- pantai, utara-selatan, atau pendatang- pribumi, yang justru semakin hari, semakin tajam. Pesan- pesan kemanusiaan seperti ini yang harus disampaikan, bukan kita jadi ultranasionalis mirip hitler yang bangga dengan  ras bangsa aria. Musik reggae memang dipelopori oleh orang kulit hitam, tetapi pesannya bukan hanya untuk orang kulit hitam. 
               Kekuatan musik reggae yang utama, adalah dipesan- pesan lewat lirik lagunya, komposisi musiknya tidak terlalu bervariasi dan serumit memainkan musik lain yang kita kenal, walaupun demikian, kekompakan musisi untuk mempertahankan ritme saat bermain musik reggae, yang cenderung monoton, sangat diperlukan untuk mendapatkan touch reggae yang sebenarnya. Influence musik dari Bob Marley bukan hanya reggae, beliau justru banyak terinspirasi dari musik blues. Sayangnya euforia kebangkitan musik reggae ini, membuat banyak musisi muda di Papua, lebih memilih bermain reggae, karena pride dan kebanggaan tanpa mempelajari dan membuka diri untuk menerima musik yang lain, karena paradigma awal tadi, bahwa musik orang kulit hitam, hanyalah musik reggae, ckckckckckckckck....IRONIS...Imbasnya jelas mempersempit wawasan dalam bermusik. Reggae bukan hanya rambut gimbal, ganja, beat 4/4, nyabinggih drum, merah kuning ijo, bukan hanya make baju jamaica, reggae itu sebuah way of life, reggae itu sebuah pemahaman baru dalam hidup, Reggae menuntut kita harus lebih open minded, menerima semua perbedaan yang ada, termasuk membuka diri untuk mempelajari semua hal yang baru yang belum kita kenal.Intinya sekali lagi, mengerti filosofi musik, mengerti pesan- pesan yang ada di lagu, bisa menjiwai, bisa bernyanyi dari hati, dan akhirnya bisa mendapat apresiasi, sebagai tujuan utama dari bermusik. TETAP BERMUSIK DENGAN HATI, KARENA HATI TAK PERNAH MENIPU (Salam FRESH 54)
                                 
                              


                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar